Pengendalian hama sering identik dengan penyemprotan pestisida kimia. Banyak pihak memilih metode ini karena cepat, praktis, dan mampu membasmi serangga maupun organisme pengganggu. Namun, kemudahan tersebut justru menimbulkan masalah serius: pestisida mencemari lingkungan, membahayakan kesehatan manusia, dan mendorong hama menjadi resisten. Karena itu, banyak negara dan industri kini beralih ke pendekatan yang lebih berkelanjutan, yaitu Integrated Pest Management (IPM) atau Pengendalian Hama Terpadu.
- Apa itu Pengendalian Hama Terpadu?
- Pengendalian Hama Konvensional VS IPM
- Prinsip-Prinsip Dalam IPM
- Mengapa Beralih ke IPM?
Apa Itu Pengendalian Hama Terpadu?
Pengendalian Hama Terpadu (PHT/IPM) menggabungkan metode biologis, mekanis, dan kimia. Tujuannya menjaga populasi hama tetap di bawah ambang merugikan. Prinsip utamanya bukan membasmi hama sampai habis, melainkan menjaga keseimbangan. Dengan begitu, keberadaan hama tidak menimbulkan kerusakan serius bagi manusia maupun lingkungan.
Dalam praktiknya, IPM menekankan pada pencegahan, pemantauan rutin, dan pengambilan keputusan berbasis data. Pestisida kimia tetap digunakan, tetapi bukan sebagai pilihan utama dan dengan dosis serta frekuensi minimal.
Baca juga:
Pentingnya Standarisasi dalam Pengelolaan Hama Terpadu (PHT)
Pengendalian Hama Konvensional VS IPM
Perbedaan paling mencolok antara pengendalian konvensional dan IPM terletak pada cara pandang terhadap hama.
Konvensional: banyak orang menganggap hama sebagai musuh yang harus dimusnahkan secepat mungkin. Mereka biasanya mengandalkan pestisida kimia dan menggunakannya secara rutin tanpa melihat kondisi nyata di lapangan. Cara ini memang memberi hasil instan, tetapi juga mencemari lingkungan, membunuh organisme non-target, serta mempercepat resistensi hama.
IPM memandang hama sebagai bagian dari ekosistem. Tujuannya bukan hanya membunuh, tetapi mengelola populasi agar tetap terkendali. Praktisi menempatkan pestisida kimia sebagai pilihan terakhir, setelah melakukan pencegahan, menjaga kebersihan, memperbaiki lingkungan, dan memanfaatkan musuh alami. Dengan pendekatan ini, IPM lebih ramah lingkungan, lebih hemat biaya jangka panjang, dan lebih aman bagi kesehatan masyarakat.
Prinsip-Prinsip Dalam IPM
Menurut kerangka kerja yang banyak digunakan secara internasional, terdapat delapan prinsip utama IPM:
- Mencegah dan menekan populasi hama dengan menjaga sanitasi lingkungan, merotasi tanaman, menggunakan varietas tahan (pertanian), atau memperbaiki infrastruktur bangunan.
- Memantau hama secara rutin melalui perangkap atau inspeksi visual.
- Mengambil keputusan berbasis ambang ekonomi, hanya bertindak jika populasi hama melewati batas merugikan.
- Menggunakan metode non-kimia, misalnya perangkap, penghalang fisik, atau predator alami.
- Memilih pestisida selektif yang paling aman dan spesifik jika memang harus digunakan.
- Mengurangi penggunaan pestisida dengan dosis minimal, aplikasi terbatas, dan tanpa berlebihan.
- Mencegah resistensi hama dengan merotasi bahan aktif.
- Mengevaluasi program dan menindaklanjutinya untuk meningkatkan efektivitas di masa depan.
Prinsip-prinsip ini menunjukkan bahwa IPM merupakan sebuah sistem manajemen berkelanjutan.
Mengapa Beralih ke IPM?
Beralih dari pengendalian konvensional ke IPM menawarkan sejumlah keuntungan angtara lain:
- Lebih aman bagi kesehatan: penggunaan pestisida yang lebih sedikit menurunkan risiko paparan bahan kimia bagi pekerja, penghuni rumah, dan masyarakat umum.
- Ramah lingkungan: IPM melestarikan organisme bermanfaat sekaligus menjaga kualitas udara, tanah, dan air.
- Efektif jangka panjang: pengurangan ketergantungan pada satu metode mencegah resistensi hama.
- Ekonomis: meskipun butuh investasi awal untuk pemantauan atau pelatihan, IPM menekan biaya jangka panjang dengan mengurangi pestisida dan menjaga kualitas lingkungan.
Beralih ke Integrated Pest Management berarti mengubah cara perspektif dari sekadar membasmi hama menjadi mengelola ekosistem dengan cerdas. Dibanding metode konvensional yang serba instan, IPM memang menuntut pengendalian berbasis ilmu pengetahuan, proses, dan strategi jangka panjang.
Namun, dengan manfaat yang lebih aman, ramah lingkungan, dan berkelanjutan, IPM menjadi langkah yang bijak menuju masa depan pengendalian hama yang sehat bagi manusia dan lingkungan.
Nah, demikian ulasan terkait mari beralih ke pengendalian hama terpadu. Semoga bermanfaat ya!
Author: Ainur Subhan
Editor: Sinta
Referensi:
Dhang, P. (2018). Urban pest control: A practitioner’s guide. CABI. https://doi.org/10.1079/9781786395146.0000
Barzman, M., Bàrberi, P., Birch, A. N. E., Boonekamp, P., Dachbrodt-Saaydeh, S., Graf, B., Hommel, B., Jensen, J. E., Kiss, J., Kudsk, P., Lamichhane, J. R., Messéan, A., Moonen, A.-C., Ratnadass, A., Ricci, P., Sarah, J.-L., & Sattin, M. (2015). Eight principles of integrated pest management. Agronomy for Sustainable Development, 35(4), 1199–1215. https://doi.org/10.1007/s13593-015-0327-9