Resistensi hama terhadap pestisida adalah salah satu tantangan terbesar dalam pengendalian hama, baik di sektor pertanian, kehutanan, maupun lingkungan perkotaan. Resistensi terjadi ketika suatu populasi hama mengembangkan kemampuan untuk bertahan hidup meskipun telah terpapar dosis pestisida yang sebelumnya efektif membunuhnya.
Fenomena ini menurunkan efektivitas program pengendalian, meningkatkan biaya operasional, dan pada kasus tertentu memicu populasi hama berkembang hingga melampaui kendali.
Definisi dan Tipe-Tipe Resistens
Secara umum, kita mendefinisikan resistensi hama sebagai penurunan sensitivitas suatu populasi terhadap bahan aktif pestisida akibat seleksi genetik berulang. Resistensi muncul ketika individu dengan sifat tahan pestisida bertahan hidup, berkembang biak, dan mewariskan sifat tersebut kepada generasi berikutnya.
Beberapa tipe resistensi sering kita jumpai. Pertama, resistensi metabolik, di mana hama resisten memecah atau menetralkan bahan aktif pestisida melalui enzim tertentu sehingga senyawa tersebut tidak lagi bersifat toksik bagi hama.
Kedua, resistensi target-site, yang terjadi ketika terjadi perubahan pada lokasi aktifnya (berikatan) pestisida di tubuh hama sehingga bahan aktif tidak lagi efektif.
Ketiga, resistensi perilaku adalah perubahan perilaku hama untuk menghindari paparan pestisida. Contohnya, perilaku glucose-aversion pada kecoa membuatnya menghindari umpan gula yang biasanya ada pada produk umpan beracun.
Keempat, resistensi penetrasi, di mana struktur tubuh hama yang resisten, seperti kutikula, memeiliki komponen yang lebih tebal sehingga lebih sulit ditembus pestisida.
Faktor Penyebab Resistensi
Resistensi biasanya berkembang akibat penggunaan pestisida yang berlebihan atau tidak tepat. Pengulangan dosis yang sama, penggunaan satu jenis bahan aktif dalam jangka panjang, atau penyemprotan preventif tanpa alasan jelas mempercepat seleksi individu resisten.
Di lingkungan urban, misalnya pada pengendalian nyamuk, insektisida fogging dengan bahan aktif yang sama digunakan bertahun-tahun. Praktik ini memicu populasi nyamuk kebal terhadap bahan aktif tersebut.
Selain faktor teknis, kurangnya edukasi pengguna, tekanan ekonomi yang mendorong penggunaan pestisida murah tanpa rotasi bahan aktif, serta tidak adanya program pemantauan resistensi secara berkala memicu terjadinya resistensi.
Strategi Mengatasi Hama Resisten
Menghadapi hama resisten memerlukan strategi pengendalian yang lebih beragam dan berkelanjutan. Salah satu pendekatan utama adalah rotasi bahan aktif, yaitu menggunakan pestisida dengan mekanisme kerja berbeda secara bergantian untuk meminimalkan seleksi individu tahan. Prinsip ini sejalan dengan rekomendasi IRAC (Insecticide Resistance Action Committee) yang mengelompokkan pestisida berdasarkan mode of action-nya. Selain rotasi, penggunaan dosis yang tepat sesuai rekomendasi sangatlah penting.
Pendekatan IPM (Integrated Pest Management) menjadi kunci dalam melawan resistensi. IPM memadukan berbagai metode pengendalian seperti fisik, mekanis, biologis, dan kimia dengan mempertimbangkan keberlanjutan dan keamanan lingkungan.
Dalam IPM, petugas memilih pestisida sebagai opsi terakhir setelah menerapkan metode lain seperti sanitasi lingkungan, pengendalian biologis, dan modifikasi habitat.
Di lingkungan urban, IPM dapat mencakup langkah-langkah seperti menutup celah bangunan untuk mencegah masuknya tikus, menghilangkan sumber air tergenang untuk mengendalikan nyamuk, atau menggunakan perangkap fisik untuk memantau populasi hama lainnya. Strategi ini mengurangi tekanan seleksi terhadap pestisida, sehingga memperlambat perkembangan resistensi.
Petugas perlu mengevaluasi keberhasilan program pengendalian secara berkala. Pendekatan ini sejalan dengan prinsip IPM, yaitu menilai hasil, menentukan efektivitas metode, dan memperbaiki strategi di masa depan.
Keberhasilan dalam melawan hama yang resisten juga bergantung pada peran serta masyarakat, teknisi, dan pengelola fasilitas. Edukasi tentang penggunaan pestisida yang bijak, pentingnya rotasi bahan aktif, serta penerapan langkah-langkah preventif akan membantu mengurangi ketergantungan pada pestisida tunggal.
Nah, demikian ulasan terkait cara melawan populasi hama yang resisten. Semoga bermanfaat ya!
Author: Ainur Subhan
Editor: Sinta
Referensi:
Barzman, M., Bàrberi, P., Birch, A. N. E., Boonekamp, P., Dachbrodt-Saaydeh, S., Graf, B., Hommel, B., Jensen, J. E., Kiss, J., Kudsk, P., Lamichhane, J. R., Messéan, A., Moonen, A.-C., Ratnadass, A., Ricci, P., Sarah, J.-L., & Sattin, M. (2015). Eight principles of integrated pest management. Agronomy for Sustainable Development, 35(4), 1199–1215. https://doi.org/10.1007/s13593-015-0327-9
Dhang, P. (Ed.). (2018). Urban pest control: A practitioner’s guide. CABI. https://doi.org/10.1079/9781786395146.0000
Whelan, C. J., & Cunningham, J. P. (2020). Resistance is not the end: Lessons from pest management. Insects, 11(8), 482. https://doi.org/10.3390/insects11080482